Subagus Indra

Humanis, Renyah dan Segar


Leave a comment

Jaga Reptil, Jaga Ekosistem

Jika Anda betanya kenapa banyak tikus dirumah?, penyebabnya bukan semata karena lingkungan yang kurang bersih. Perkaranya, keseimbangan ekosistem mulai terganggu, yaitu populasi pemangsa tikus dalam rantai makanan, reptil mulai berkurang. Hal ini yang mendorong Wawan dkk mendirikan perkumpulan pecinta reptil di Surabaya, Reptilia komunitas.
Komunitas yang visinya meliputi sosialisasi, edukasi dan konservasi keseimbangan ekosistem tersebut sering melakukan penyuluhan tentang reptil di berbagai sekolah dan desa. “Kami ingin menghilangkan paradigma masyarakat yang menganggap ular (reptil) jahat. Hanya perlu cara penanganan khusus dalam menghadapinya,” tutur wawan, wakil ketua komunitas yang beranggota 40 orang dari semua kalangan tersebut.
Komunitas ini juga mengkampanyekan reptil sebagai sahabat manusia. “Ini upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Sayang sekali kalau anak cucu kita kelak hanya ditunjukan gambar reptil saja, karena hewannya sudah punah,” ujarnya.
Perkumpulan hobi yang rutin berkumpul setiap Jumat malam di taman Bungkul itu sudah berkali-kali mengadakan penyuluhan pada public. Seperti di sekolah-sekolah, pramuka dan masyarakat jelata.
Mereka membedakan materi penyuluhan sesuai tingkatan usia. Untuk jenjang anak yang duduk dibangku sekolah dasar (SD), materi diberikan hanya sebatas pengenalan hewan reptil. “Namun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), tak hanya pengenalan, cara penanganan juga kami berikan,” tuturnya. Untuk anak SMA, imbuhnya, ditambah lagi dengan pengenalan organ-organ tubuh reptil seperti ular dan buaya.
“Selain itu, setiap kumpul kita selalu melakukan sharing tentang reptil yang kita miliki. Tentang bagaimana menjaga, merawat, menghadapi dan lain-lain. Kita juga terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal reptil,” katanya.
Pengalaman-pengalaman menegangkan juga pernah dilewati beberapa anggota komunitas ini. Untuk mengalahkan tasa takutnya, jangan heran jika sampai ada yang mencium kepala kobra. ”Digigit sering, ibarat main air, kalau nggak basah kan rugi,” ujarnya sambil tertawa.
Ditanyai bagaimana tips menghadapi reptil, khususnya ular, wawan menyarankan jika tidak perlu gugup saat berhadapan dengan hewan melata tersebut. ”ular nggak pernah sampai mengejar manusia. Justru ular takut kalau bertemu dengan manusia,” Jelasnya.
Sejauh ini, Reptilia yang sebelumnya bergabung dengan komunitas pendahulunya, Surabaya Reptil, telah melakukan penyuluhan di berbagai daerah. “Dari Surabaya timur sampai utara kami sudah pernah datangi,” aku pemilik king kobra ini.
Wawan mengaku anggotanya tidak pernah memperdagangkan reptil yang dimiliki. Hewan-hewan tersebut dibeli dari pet shop. “Kalaupun harus menjualnya, kita hanya melakukan di kalangan sendiri. Toh, nanti juga kembali lagi ke kita,” tukasnya.
Masih berkaitan dengan visi yang mereka usung, untuk menjaga keseimbangan ekosistem, rencananya reptilia ingin melepas 100 ular ke habitatnya. ”Kita akan lepas di hutan mangrove Surabaya Timur, Gunungsari dan beberapa tempat lain di Surabaya,” ujarnya.
Disamping itu komunitas ini juga beberapa kali memenagkan kontes reptil. Diantaranya, Juara I, II dan III open venom, juara II dan III open phyton, juara I lomba lari biawak dan juara II biawak lomba makan. (Subagus Indra)


Leave a comment

Geliat Pembinaan Atlet Muda Smanor

Ditengah prestasi olahraga anak negeri kian terpuruk, pemerintah terus melakukan pembinaan bibit-bibit muda berbakat menjadi atlet handal, dikumpulkan satu wadah intelektual UPT Smanor (Unit Pelayanan Teknis Sekolah Menengah Atas Negeri Olah Raga) Jawa Timur.
“Kami mengambil siswa dari seluruh kota di provinsi Jawa Timur (Jatim), masing-masing kota mengirimkan perwakilan siswa berprestasi dalam bidang olahraga. Selanjutnya, kami melakukan tes lagi terhadap siswa tersebut,” tutur kepala tata usaha sekolah Smanor, Yusuf.
Sekolah yang mempunyai visi unggul dalam prestasi olahraga dengan berlandaskan intelektualias dan Imtaq tersebut memiliki enam cabang olah raga (cabor) yang menjadi jurusan pembinaan. Diantaranya, cabor gulat, judo, silat, renang, atletik dan sepak takraw.
Disini siswa yang berkumpul dan berasal dari berbagai daerah di Jatim mendapatkan berbagai fasilitas. Diantaranya, asrama, makan, seragam dan biaya sekolah cuma-cuma. “Kecuali untuk bimbingan belajar, setiap siswa di punguti biaya,” ujarnya.
Dalam pembinaan atlet mudanya, Smanor memiliki peraturan-peraturan yang wajib ditaati oleh setiap siswa. Seperti berlakunya jam latihan dan jam malam. “Siswa bangun pukul 05.00 WIB untuk latihan hingga pukul 07.00 WIB. Kemudian dilanjutkan pelajaran kelas seperti siswa pada umumnya hingga pukul 02.30 WIB. Selanjutnya, siswa kembali latihan sampai pukul 18.00 WIB,” ujarnya.
Jadi, imbuhnya, jadwal latihan tidak sampai mengganggu kegiatan belajarnya dikelas. Sehingga mereka tetap sama mendapatkan hak edukasi layaknya siswa di sekolah lain
“Kami juga memberlakukan jam malam bagi siswa-siswi, mereka dibatasi keluar asrama hingga pukul 09.00 saja,” tuturnya.
Untuk menjalankan roda pengajaran, Smanor didukung 16 pelatih dan 13 guru akademis. ”kami terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian fungsional yang mengurusi akademis. Administrasi dan Kepelatihan yang mengurusi praktek,” tuturnya.
Untuk pembinaan praktek kepelatihan, Smanor biasa menggunakan GOR (Gelanggang Olahraga) Sidoarjo sebagai venue latihan mereka. “Biasanya cabor renang dan atletik latiuhan di GOR Sidoarjo,” tukasnya.
Sekolah yang beralamat di desa Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo ini berdiri sejak tahun 2000, bertepatan dengan penyelenggaraan PON XV Jatim. Berdasarkan PERGUM No.120 tahun 2008, sejak September 2009 sekolah yang membina ratusan atlet muda daerah Jatim tersebut berubah statusnya menjadi UPT Smanor Jawa Timur.
Pembinaan ini tak berujung sia-sia, banyak prestasi yang telah dicapai Smanor hingga saat ini. Untuk Kejurnas Remaja 2009 saja Smanor berhasil meraih Juara pertama untuk nomor Hot Sprint Kejurnas yunior dan remaja dengan 17 medali. Hampir 80 persen siswa – siswi di Smanor berprestasi di nomor cabangnya masing-masing.
Kemudian pada POPNAS 2009 Smanor sukses meraih tiga nomor, yaitu Juara 1 nomor estafet atas nama Friska yesimedali perak untuk nomor jalan cepat atas nama wulanmedali perak untuk nomor 800m jarak menengah atas nama Adi yudha.
Prestasi para alumni Smanor yang kini bergabung dalam pelatda, diantaranya Nur Rohman mendapatkan medali perak nomor sprint 400 m di sea games kemarin. Heru Astrianto mendapatkan medali perak nomor 400 m di sea games. Ali Wardana mendapatkan emas di PON kemarin. Slamet santoso mendapatkan perak di PON untuk nomor lompat jauh. (N: Subagus Indra)


Leave a comment

Ubah Visi, Jaga Eksistensi





Kabeh madjalah kang mbijantu marang perdjoangan nasional gedhe gunane. Ta’dongakake muga-muga Panjebar Semangat lestari mbijantu perdjoangan kita iki. Bila di artikan dalam bahasa Indonesia, semua majalah yang membantu perjuangan nasional besar jasanya. Saya doakan semoga Panjebar Semangat terus membantu pejuangan kita ini. Itu isi surat yang ditulis Bung Karno pada secarik kertas ketika ulang tahun penyebar semangat ke-20. Kini tulisan tersebut masih terpajang di dinding kantor majalah Penyebar Semangat jalan Bubutan 87 (GNI nomor 2) Surabaya.

Sesuai arti harfiahnya, Panjebar Semangat akan menyebarkan semangat untuk para pembacanya. “Kalau dulu semangat perjuangan kemerdekaan, setelah merdeka menjadi semangat mempertahankan kemerdekaan, sekarang adalah semangat mengisi kemerdekaan,” kata Moechtar, pemimpin redaksi majalah yang berdiri sejak 2 September 1933 ini.

Dr. Soetomo merupakan pemrakarsa lahirnya media ini di paviliun Timur Gedong Nasional Indonesia (GNI) Bubutan. Di masa itu, banyak orang Jawa yang tidak bisa berbahasa Belanda, bahkan Indonesia, sedangkan media yang beredar rata-rata menggunakan dua bahasa itu. Dengan misi memperlancar komunikasi, Panjebar Semangat lahir sebagai media berbahasa Jawa pertama, hingga saat ini.

Dulu, oplah majalah yang terbit tiap Sabtu itu bisa mencapai 85 ribu. Tetapi sejak tahun 1982, jumlah itu terus turun sampai sekarang rata-rata 25 ribu eksemplar.

Seiring berkembangnya zaman yang dirasa bahasa jawa mulai terpinggirkan. Majalah yang memiliki slogan Sura Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangestuti (Kekuatan apapun, terlebih yang negatif, selalu akan tunduk pada budi pekerti yang baik), mengalihkan visinya.

Media ini ingin melestarikan budaya bahasa dan sastra Jawa. Salah satu caranya dengan merangkul generasi muda untuk membaca dan menulis bahasa Jawa. Untuk itu sejak 2004 dibuat rubrik baru, Glanggang Remaja. Rubrik ini dikhususkan untuk menampung karya anak muda. Awalnya hanya satu halaman, Namun karena apresiasi anak muda terhadap Panjebar Semangat dan bahasa Jawa mulai naik, kini menjadi empat halaman. “Setiap hari bisa sampai tiga artikel sampai di meja redaksi,” imbuh moechtar.

“Kata orang, bahasa Jawa bisa punah jika generasi tuanya meninggal, generasi mudanya tidak akan meneruskan, termasuk untuk langganan Panjebar Semangat. Tapi sekarang anak-anak muda mulai langganan, bahkan ada anak SD yang meminta ayahnya untuk langganan karena temannya juga langganan,” Moechtar berkisah. (N: Subagus Indra/F: sukarnosuryatmojo.wordpress.com, koleksikemalaatmojo.blogspot.com)


Leave a comment

Berjuang dengan Pisang

Mengenakan daster merah, Siti duduk seorang diri diatas sebuah bangku panjang malam itu. Disampingnya berjajaran lebih dari 10 tundun pisang segar yang siap untuk dijual.

Ketika ditanyai usianya kini, ibu dari empat anak ini mengaku lupa, tapi kemudian ia mencoba menerka berapa umurnya saat ini. “Kalau nggak salah umur saya sekarang sekitar 40 tahunan mas,” jawabnya sambil mengerutkan kening. Ia adalah salah satu penjual pisang yang menjajakan dagangannya di area pasar keputran, Surabaya, tepatnya di dekat pintu masuk sebelah selatan. “Sebenarnya ini lapak punya nenek, saya hanya bantu jaga saja,” tutur wanita yang bertempat tinggal didaerah Bagong tersebut.

.Di pasar tradisional yang berusia 136 tahun itu, wanita asal Sampang ini setiap hari menawarkan aneka macam pisang dari pukul empat pagi hingga pukul sembilan malam. “Ada pisang ambon, pisang kepok, pisang susu, pisang raja, pisang lumajang dan masih ada yang lainnya, biasanya satu tundun pisang dijual 70-75 ribu rupiah, tergantung besarnya,” jelasnya.

Pisang-pisang tersebut dipasok dari Lumajang. Dalam satu minggu ada dua kali pengiriman, yaitu Senin dan Jumat. Selain berdagang di daerah tersebut. Ia juga menjajakan pisangnya di pasar keputran lama, disitu juga menjadi gudang penyimpanan pisang-pisang yang akan dijualnya. “Saya dan mbah bergantian jaga,” imbuhnya.

Ditanyai soal penghasilan, ia tak ingin mengatakan jelas. “Ya, pokoknya tak tentu mas, kalau dibilang cukup itu terkadang masih kurang, tapi kalau bilang kurang itu juga sudah cukup buat keperluan sehari-hari,” tukasnya.

Sama dengan pedagang lain, penerangan yang digunakan untuk berdagang pada malam hari didapat dari lampu yang disewakan pengelola pasar. “Ya, cukuplah, harga sewanya juga terjangkau, cuma dua ribu rupiah per malam,” ujarnya sambil tersenyum.

Meski begitu, hidup di kota besar memang tidaklah mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi demi kelangsungan hidup, khususnya kebutuhan ekonomi. Hal tersebut dibenarkan Siti. Istri seorang kuli besi bernama Fadhil di daerah Bagong itu mengaku kesulitan menyambung hidup keluarganya. Penghasilan suaminya tidak bisa dijadikan patokan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Apalagi bapak baru masuk karangmenjangan karena sakit paru-paru. Alhamdulillah, sekarang sudah bisa bekerja kembali,” tuturnya.

Beban hidupnya tak hanya sampai disitu, ia harus berjuang dalam keterbatasan dengan satu anak laki-laki dan tiga anak perempuannya. “Alhamdulillah, anak sulung saya yang laki-laki sudah bekerja. Kemudian adiknya juga sudah lulus SMA, sekarang sibuk jadi guru les privat anak SD dirumah. Sekarang tinggal dua saja tanggungan kami, yang satu sudah kelas enam SD, dan si bungsu masih umur tiga tahun,” tuturnya. “Anak saya yang baru lulus dari SMA 9 kemarin nggak jadi masuk Unair, soalnya uangnya nggak cukup,” imbuhnya.

Wanita kelahiran Surabaya ini juga lancar berbicara menggunakan bahasa jawa, selain fasih berbahsa daerahnya madura. Ia berharap nantinya ia dapat membuka lapak dan berjualan sendiri tanpa bergantung lagi pada neneknya. Kulo pengen saged sadean piyambak mas,” akunya.(T: Subagus Indra)


Leave a comment

Sembunyikan Nama Sampai Direct Film Panjang


Mbek, nama yang dapat menggiring pikiran manusia pada seekor kambing. Tapi, jangan samakan Mbek yang satu ini dengan hewan mamalia tersebut.

Sosok ini punya segudang cerita dan pengalaman tentang dunia perfilman. 13 kali menyutradarai film independent (indie) dan tiga kali terjun dalam pembuatan film panjang merupakan sekelumit prestasi yang dimilikinya. “kalau aku belum men-direct film panjang, nama asliku nggak akan aku sebutkan,” nadzar yang terucap dari pria berumur 27 tahun tersebut.

Tak hanya itu saja, karena begitu getol keinginannya untuk membuat film panjang, sampai-sampai ia memutuskan untuk selalu memakai baju dengan terbalik hingga impiannya tersebut terwujud. Tak disangka gaya berpakaiannya yang seperti itu, kini menjadi ciri khas yang melekat pada dirinya, selain topi, kacamata dan tato dilengan kirinya.

Banyak karya film yang telah ia ciptakan. Khususnya film indie “Dari 13 film independent yang pernah ku buat, ada tiga film yang paling berkesan Summer Romance, Lowongan Pekerjaan dan Bisikan Senja,” tutur

Dari film Lowongan Pekerjaan (LP) dapat membawa Mbek sampai ke Jepang. Karena film yang diproduksi tahun 2008 ini berhasil masuk menjadi nominasi Sapporro Sort Fest. Sebuah festival film pendek yang diadakan di Sapporro, Jepang. “Rasanya bangga banget karena LP satu-satunya film dari Indonesia yang bisa nimbus sampai sana,” ujarnya.

Ia pun juga pernah menggarap video klip grup band kenamaan, seperti Olif, Soulmade, Andezz dan Farabi Gading All Star. Tak hanya itu, pria asli Surabaya ini juga beberapa kali menggarap film panjang sebagai astrada (Asisten Sutradara). Diantaranya Sang Dewi, Crazy In Thailand dan Serigala Terakhir.

“Baik indie maupun industry, semuanya menyenangkan, hanya perbedaannya, kalau di jalur indie aku bisa menampilkan semua yang kuinginkan, karena tidak ada aturan-aturan yang mengikat dalam berkarya,” ulasnya.

Ia mengimbuhkan jika kendala di jalur indie adalah masalah dana, perlengkapan, peralatan dan lain-lain. Hal ini tak terjadi jika berada di jalur industry. “Semua serba mudah, dari dana sampai peralatan semua terjamin, musuh kita hanya waktu,” paparnya.

Awalnya pria yang sempat kuliah di Stikom (Sekolah Tinggi Ilmu Komputer) Surabaya ini tertarik dalam bidang musik dan informatika. Kemudian dunia perfilman menarik hatinya untuk berkecimpung didalamnya. “Disini aku dapat berkarya bebas, misalnya aku nggak suka sama orang, aku bisa visualisasikan dalam bentuk film,” ungkapnya.

Meskipun belum sekalipun mendapatkan award, tetapi bila berandai-andai mendapatkan award, Mbek pertama kali akan mengucapkan terima kasih pada Ibundanya, Supriyatiningsih. “Mama selalu melarang minatku ini, Mama lebih mendukung ku untuk jadi dokter,” terang pria sulung dari tiga bersaudara tersebut.

Berkat dunia barunya ini, Mbek berkesempatan untuk menjejakkan kakinya ke banyak tempat, termasuk ketika ia menimba ilmu di negeri kanguru, Australia. ”Dari sini aku bisa kemana saja, keliling Indonesia bahkan keliling dunia. Aku berkesempatan belajar di Summer Film School, Melbourn, berkat beasiswa yang ku dapatkan,” aku pria yang masa sekolah dasarnya dihabiskan di SDN Ketabang V ini.

Nasionalisme Mbek

Ada hal menarik jika menilik sisi lain pria kelahiran 27 Mei 1982 ini, ia mengaku memiliki rasa nasionalis yang besar. “Aku ini termasuk orang yang nasionalis banget,” ungkapnya.

Ia menambahkan jika sebetulnya yang terpenting bukanlah kata-kata yang dilontarkan tentang nasionalis tersebut, tapi yang penting adalah rasa yang tertanam pada dalam dirinya. ”Biarpun sepatuku import, tapi aku tetap pilih warna yang merah putih,” ungkapnya sambil menunjukkan sepatunya.

“Ada rasa kebanggaan waktu aku pakai baju batik saat festival film pendek di Sapporo,” ujarnya. Ia mengimbuhkan jika di Jakarta ia memiliki komunitas kecil yang anggotanya memiliki rasa nasionalisme terhadap Indonesia. (T:Subagus Indra/F: Dhimas Prasaja)


Leave a comment

Perjuangan Jurnalis Orba


Sepak terjangnya dalam dunia jurnalistik memang perlu diakui. Tempo, Prospek dan Gatra pernah ditunggangi untuk memacu goresan tintanya.

Heri Muhammad memiliki kecintaan yang besar dalam berorganisasi, hal tersebut menjadi bekalnya terjun dalam dunia kerja. Seperti turut berkecimpung dalam keredaksionalan LPM Akademika Universitas Sunan Giri, menjadi pengurus badan komukasi masjid Al-Falah dan menjadi pemrakarsa berdirinya Yayasan Dana Sosial pada tahun 1986.

Awal karir kewartawanan pria asli Sepanjang, Sidoarjo ini dimulai tahun 1987. Ia menjadi wartawan majalah tempo selama tiga tahun, yaitu sampai saat dibredelnya majalah politik itu ditahun 1990, karena kasus pembongkaran rahasia Negara yang dilakukannya.

“Saat Tempo dibredel, banyak wartawan yang keluar, termasuk juga saya didalamnya. Hanya tersisa kurang dari 40 persen keseluruhan jumlah wartawan yang ada,” Tutur pria 49 tahun tersebut.

Kemudian para wartawan yang keluar dari majalah Tempo tersebut berkumpul dan mendirikan media baru yang diberi nama Prospek, sebuah majalah ekonomi. “Prospek tidak bertahan lama, hanya empat tahun kita berdiri. Kemudian berhenti berproduksi karena terkendala dana,” Ungkap pria berperawakan tegap ini.

Perjuangannya menjadi wartawan di era orde baru tidaklah mudah. Karena itu setelah gagal bersama Prospek, kemudian ia dan kawan-kawan mendirikan Majalah Gatra tahun 1994. Menurutnya wartawan kala itu penuh kerja keras dan rintangan dalam tugas peliputannya. “Wartawan orde baru tidak bisa seenaknya dalam mencari berita. Semuanya diatur, ada list tentang hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh, terutama jika pemberitaannya menyinggung keluarga Soeharto,” Imbuhnya.

“Kita harus pandai-pandai mensiasati hal-hal seperti ini. Banyak cara yang dapat dilakukan, Seperti menyinggung permasalahan utama lewat masalah-masalah pendukung, permainan kata dan kalimat dalam penulisan, terus memperbaiki dan berusaha selangkah lebih maju,” Jelas Pria kelahiran Surabaya, 7 Mei 1960 tersebut.

Dalam meraih jabatan Redaktur Pelaksana yang disandangnya kini, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia perlu melalui berbagai tahapan kerja

Jam terbang yang tinggi menuntutnya untuk menularkan ilmu yang ia miliki. Salah satu cara yang ia pergunakan dengan membuat buku. Seperti Reportase Dakwah, Aa’ Gym Menjaga Hati Mencari Ridho Ilahi, Tokoh-tokoh Islam Paling Berpengaruh Abad 20 dan 44 Teladan Kepemimpinan Muhammad. “Karena saya dilahirkan dilingkungan muslim, menjadikan inspirasi bagi saya membuat buku-buku bernuansa islami,” Tutur Suami dari Hanimah Ritah ini. (T:Subagus Indra/F: Dhimas Prasaja)


Leave a comment

Odie dan Project Pop


Surabaya bukanlah kota yang asing lagi bagi grup vocal Project Pop. Kurang lebih selama dua tahun, grup vocal asal bandung ini selalu bolak-balik Bandung-Surabaya untuk mengisi acara sebuah stasiun televisi, yang saat itu masih bertempat di kota Pahlawan.

“Dulu, sekitar tahun 1996, waktu kita masih ngisi acara di SCTV, setiap seminggu sekali kita pasti ke Surabaya, kan dulu studionya ada di Surabaya,” kata Odie salah satu personil Project Pop.
“Yang paling kita kangenin dari Surabaya itu soto yang ada di jalan Semeru. Setiap sampai di Surabaya, tempat pertama yang kita datingin ya warung soto jalan Semeru,” tutur Oon personil Project Pop yang bertubuh besar.
Project Pop dikenal dengan music-musik parodinya. Lagu-lagu mereka seperti Dangdut is the music of my country, bukan superstar, jangan ganggu banci, pacarku superstar, metal versus dugem dan masih banyak yang lainnya, tak jarang dapat mengocok perut setiap pendengarnya.
Dalam proses penciptaan music, merek
a kebanyakan diilhami dari aktifitas sehari-hari. “Kebanyakan yang sering buat lagu itu si Yossi, diantara kita memang dia yang paling kreatif. Jadi setiap ada kejadian unik, langsung ditulis, akhirnya jadi lagu deh. Terus buat musiknya juga asal-asalan, Cuma kita punya arranger yang tahu setiap yang kita inginkan tentang music kita,” ungkap odie.
Bila menengok personil Project Pop yang berjumlah enam orang ini. Tak banyak orang tahu siapa nama lengkap para pen
unggang grup vocal beraliran parodi ini, diantaranya ada Kartika Rachel Setia Rejeki Panggabean (Tika), Wahyu Rudi Astadi (Odie), Djoni Permato (Udjo), Mochammad Fachroni (Oon), Hermann Josis Makallu (Yossi) dan Gumilar Nurrochman (Gugum).
Masa sulit maupun senang ernah rasakan dalam perjalanan karinya selama 13 tahun mereka berdiri. “Yang paling berkesan tentang masa sulit kita itu, kita pernah manggung didepan 14 penonton saja. Kita mah asyik aja, jadi kita main (bernyanyi) kayak latihan,” ujar odie sambil tertawa.
Memang pada 1997, beriringan dengan krisis moneter yang melanda negeri ini, tak melewatkan Project Pop dari jurang kesulitan ekono
mi para personilnya. “Waktu itu kita sempet ngamen bareng buat nyambung hidup kita mas. Tuntutan hidup waktu itu juga susah, apa-apa mahal, jadi kita harus kreatif,” jelasnya.
Sekarang berkat kerja keras dan totaslitasnya, banyak fasilitas mewah dapat mereka nikmati. “Kita nggak pernah nyangka kalau sekarang kita sudah bisa nggunain fasilitas-fasilitas mewah, dulu semuanya serba terbatas, sekarang kita bisa nginap di hotel mewah sekelas hotel JW Mariot,” aku bapak dua anak ini.
Diakhir wawancara mereka berpesan untuk generasi muda agar lebih total dalam berkreasi. “Anak muda sekarang yang dipikirin Cu
ma uang, mereka kurang total dalam berekspresi. Seharusnya mereka lebih focus dalam berkarya, itu saja.”.(T: Subagus Indra/ F: Qusnul T)


Leave a comment

Sosok Dibalik Alang-alang

Hanya dengan mengenakan kaos singlet dan sehelai kain panjang yang membalut pinggangnya, Haji Didit Heru Purnomo banyak bercerita tentang dirinya.

Diteras rumahnya yang bernuansa etnik, dengan ukir-ukiran pada kayu pilar penyangga lengkap dengan daun-daun hijau disekelilingnya, menjadikan sejuk suasana saat itu. Pria yang tenar dipanggil Didit Hape ini terlahir dalam lingkungan seni, tak ayal membawanya terjun dalam bidang serupa. Selama ini sosok yang lebih suka disapa Om Didit itu dikenal sebagai seorang seniman, budayawan sekaligus reporter senior TVRI Jawa Timur. Kini pria berambut panjang itu tengah sibuk mengelola sanggar Alang@lang yang didirikannya 10 tahun lalu.

Sejak kecil anak pasangan Suwandi Singo Saputro dan Safu’ah ini bergelut dalam dunia seni. Khususnya teater dan sastra. Bakatnya dalam bidang teater terasah dari bimbingan pamannya, Emil Sanosa, ia sering bermain teater di sanggar HSBI milik pamannya yang merupakan menejer dan penyiar radio. “Disitu saya juga dipercaya untuk memegang jalannya suatu pementasan, jadi sekaligus belajar jadi sutradara,” tutur pria asli Yosowilangun, Lumajang itu gamblang.

ia mengaku merasa ada yang kurang pada dirinya jika ia belum memakai aksesoris gelang. “Sebenarnya koleksi aksesoris-aksesoris ini berawal dari keisengan Om Didit. Sejak muda Om Didit senang memakai gelang dan kalung. Sampai-sampai ini sudah dianggap sebagai ciri khas saya,” ungkapnya sambil menunjukkan koleksi aksesorisnya

Ketika ditanyai tentang impiannya dimasa kecil, ia langsung menjawab dirinya ingin menjadi supir truk trailer. “Saya lihat mereka begitu gagah saat mengendarai truk dengan muatan yang besar,” ungkapnya sambil tertawa.

Bakatnya dalam dunia satra tampak ketika ia menginjak bangku Menengah Atas. Penggemar moge (Motor Gedhe) itu sempat menjadi juara pertama lomba baca puisi (deklamasi) tingkat kabupaten Lumajang selama tiga tahun bertururt-turut. Selain itu, ia menjadi pioner berdirinya mading pertama SMA Negeri 1 Lumajang yang bernama Dialogia.

Karena bakat menulisnya itu ia mendapat dukungan dari guru SMA-nya untuk melanjutkan pendidikan perguruan tinggi ke Akademi Wartawan Surabaya (AWS) pada tahun 1975. Kemudian mantan redaksi Acta Surya ini mencoba melamar ke TVRI saat ia menginjak tingkat tiga. “waktu itu Om Didit ngalamar bersama teman-teman lain, dari lima anak yang ikut cuma Om Didit yang diterima,” aku pria yang akan berumur 57 tahun pada 14 September nanti.

Setelah itu terpaksa ia meninggalkan kuliahnya untuk tugas di Jakarta selama dua tahun. Karirnya terus melejit, selain menjadi reporter ia juga dipercaya menjadi kameramen, sutradara, produser bahkan MC. Di tahun 1980 ia ditarik kembali ke Surabaya seiring didirikannya stasiun TVRI biro Jawa Timur.

Suka duka ia alami di TVRI. Ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi program acara berita Jatim, ia begitu senang ketika berita yang ditayangkannya merupakan berita yang aktual. “Setiap saat menjelang deadline kita selalu dibuat deg-degan. Karena waktu itu kan proses produksi dilakukan secara manual, jadi memerlukan waktu yang lama disamping dituntut untuk on time dalam menyampaikan berita, kita hanya bersaing dengan waktu, karena saat itu hanya TVRI satu-satunya stasiun televisi yang ada di Indonesia,” jelas suami Budha Ersa ini.

Pria yang identik dengan kalung yang melingkar dilehernya itu mengaku suka dengan hal-hal yang unik, contohnya ketika ia menciptakan program acara ‘Rona-Rona’ yang diminati banyak pemirsa. Berkat program acara berita ringan tersebut dapat membawanya mengunjungi Osaka, Jepang. Ditahun 1996 itu ia diundang NHK (salah satu televisi Jepang) sebagai delegasi Indonesia dalam pertemuan insan pertelevisian se-Asia. “Selain karena sukses acara tersebut, mereka mengundang Om Didit karena Om Didit dapat bekerja merangkap di berbagai bidang, sebagai reporter, kameramen dan produser sekaligus, karena waktu itu jepang sudah merumuskan wacana penghapuskan spesialisasi kerja, jadi reporter bisa jadi kameramen dan sebaliknya, begitu juga untuk bidang yang lain,” tutur bapak tiga anak itu.

Karena profesi dan jam terbang yang dimilikinya, ia menciptakan suatu gagasan untuk mendirikan sanggar alang@lang pada 16 April 1999. Ia merangkul para anak terlantar untuk dilatih dengan berbagai keterampilan. Seperti Siti dan Dayat yang sempat mengikuti acara idola cilik di RCTI.

Selama ini banyak anggapan jika anjal (anak jalanan) disebut sebagai penyakit sosial dan sampah masyarakat yang mengganggu ketertiban serta keindahan kota. Hal ini ditanggapi berbeda oleh Didit Hape, ia menganggap mereka perlu mendapatkan perhatian dari kita. “Sesuai Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1, bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Menurut saya pada kenyataannya hal tersebut tidak terlaksana baik. Selama ini pemerinitah masih mengurusi para tenaga kerja,” tukas anak nomer dua dari empat bersaudara ini.

Anak-anak yang kurang beruntung tersebut disebutnya dengan sapaan Anak Negeri. Ia berharap kedepan tidak ada lagi anjal yang masih berkeliaran di jalanan kota. “Begitu miris jika melihat anak-anak usia dini bekerja dijalanan untuk menyambung hidupnya,” tutur kakek satu cucu ini. Ia menambahkan ingin menghapusakan anggapan dimasyarakat tentang status anak jalanan yang identik dengan kekerasan.

Ia berharap sanggar alang@lang miliknya dapat memiliki tempat sendiri. “Selama ini kita masih ngontrak, jadi saya ingin punya tempat sendiri buat anak-anak, disamping harga sewa tempat yang terus naik tiap tahunnya,” ujarnya diakhir wawancara. (T/F: Subagus Indra)


Leave a comment

Geliat Darat Honda Nouva Comunity

Honda Nouva Community (HNC) Soerabaja merupakan komunitas pecinta, pemilik, pemerhati dan pengendara Honda Nouva di wilayah Jawa Timur. Komunitas ini berdiri 12 April 2009. Dan kini sudah memiliki lebih dari 30 anggota. Awal mula terbentuk komunitas ini diawali dari musyawarah pertamanya yang diadakan di Kebun Raya Purwodadi.

“HNC Soerabaja dapat dijadikan media dalam menambah link dan berbisnis” tutur Rizal selaku ketua HNC Soerabaja. Anggota HNC Soerabaja terdiri dari berbagai profesi dan mempunyai link yang bisa membantu kamu dalam berbagai bidang.

Koleksi mobil anggota HNC Soerabaja beragam, mulai dari yang standart sampai full modifikasi. Selain berkumpul di setiap malam minggu, HNC Soerabaja juga sering mengadakan acara tour. Seperti pada Sabtu (9/5) mereka melakukan city tour Surabaya yang dilanjutkan ke Pasuruan. Bersama dengan perwakilan HNC Semarang.

HNC Soerabaja membuka pintu bagi siapa saja yang berminat untuk bergabung. Dan salah satu syarat yang harus dipenuhi tentunya harus punya Honda Civic Nouva. Silahkan saja kamu datang ke kantor sekretariatnya di Bendul Merisi Permai C-8 Surabaya, atau tempat nongkrong mereka di GOR Delta Sidoarjo. (T: Subagus Indra/ F: Dhimas Angga)